Pendekatan Sosial Humaniora
dalam Studi Islam
Oleh : Badruzzaman
Keutuhan manusia dan membantu agar manusia menjadi
lebih manusiawi, yaitu membantu manusia untuk mengaktualkan potensi-potensi
yang ada, sehingga akhirnya terbentuk manusia yang utuh, yang memiliki
kematangan emosional, kematangan moral dan kematangan spiritual.
Setiap bangsa pasti ditandai dengan pluralitas agama
dan budaya. Kehidupan dalam iklim yang berbeda ini diharapkan manusia atau
setiap pribadi itu memiliki dimensi individual dan sosial. Hal ini sangat
berkaitan dengan bagaimana hidup bersama orang lain, mengembangkan kepekaan
untuk saling menghormati dan menghargai.
Dalam mencapai kesempurnaan kehidupan setiap individu
memiliki akal dan budi atau yang lazim disebut pikiran dan perasaan yang
memungkinkan munculnya tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada
tuntutan hidup makhluk lain dan memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang
sampai kapanpun tidak pernah akan dapat dihasilkan oleh makhluk lain.
Berdasarkan uraian di atas kita mengetahui bahwa
tujuan dari pendidikan humaniora adalah untuk membimbing manusia menjadi
manusia seutuhnya dan mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin
terkikis, untuk kehidupan yang lebih sempurna.
A. Pengertian
Humaniora
Menurut
bahasa latin, humaniora disebut artes liberales yaitu studi tentang
kemanusiaan. Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut dengan
trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika. Pada hakikatnya humaniora
adalah ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup
etika, logika, estetika, pendidikan pancasila, pendidikan kewarganegaraan,
agama dan fenomenologi.
B. Pentingnya
Mempelajari Pendidikan Humaniora
Berbagai
macam kasus kekerasan yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat, tindakan
anarkis dan pelanggaran nilai kemanusiaan bahkan sudah menjadi keseharian.
Indikatornya adalah pendidikan belum berperan signifikan dalam proses membangun
kepribadian bangsa yang berjiwa sosial dan kemanusiaan. Tampaknya, manusia
harus lebih “dimanusiakan” lagi. Keterpurukan bangsa yang berlarut-larut
juga berhubungan dengan kegagalan pendidikan di masa lalu yang mengakibatkan
terjadinya proses dehumanisasi.
Gagasan dan
langkah menuju pendidikan yang berorientasi kemanusiaan merupakan salah satu
upaya mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin terkikis. Melalui
pendidikan de-humaniora diharapkan manusia dapat mengenal dirinya,
kemanusiaannya yang utuh, dan tidak hanya dapat menundukkan lingkungan alam
fisik melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada
prinsipnya, pendidikan humaniora bertujuan membuat manusiawi/untuk keselamatan
dan kesempurnaan manusia.
C. Latar
Belakang Pendidikan Humaniora
1.
Pengertian
kebudayaan
Kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk
memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam
kehidupan masyarakat.
Untuk lebih
jelas dapat dirinci sebagai berikut :
a.
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan
dihasilkan manusia yang meliputi kebudayaan material dan kebudayaan non material.
b.
Kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
c.
Kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia dan hampir
semua tindakan manusia adalah kebudayaan.
2.
Manusia
sebagai pengemban nilai-nilai
Di muka
telah dijelaskan bahwa adanya akal dan budidaya pada manusia, telah menyebabkan
adanya perbedaan cara dan pola hidup di antara keduanya. Oleh karena itu, akal
dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan pola hidup yang berdimensi
ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang bersifat
spiritual. Manusia dimanapun dia berada dan apapun kedudukannya selalu
berpengharapan dan berusaha merasakan nikmatnya kedua jenis kehidupan tersebut.
Hal di atas
sebagaimana kodrat dari Tuhan bahwasanya manusia memang ditakdirkan
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka saling mengenal. Saling mengenal
di sini diartikan bahwasanya agar mereka yang berbeda-beda itu bisa saling
melengkapi dalam artian memberi dan menerima.
Kemajuan dan
perkembangan yang hanya terbatas pada kemajuan material saja akan menimbulkan
kepincangan pada kehidupan manusia. Kehidupan mereka kurang sempurna, dimensi
di dalamnya akan hilang, karena batin mereka kosong akibatnya tidak akan
memperoleh ketenteraman, ketertiban hidup, melainkan justru dapat lebih rusak
karenanya.
Material dan
spiritual adalah dua hal yang saling melengkapi. Dua hal ini bagaikan jasad dan
ruh. Kebahagiaan material akan menunjang jasmani kita, sedangkan kebahagiaan
spiritual akan menunjang ruhani kita.
3.
Manusia
sebagai makhluk termulia
Kalau kita
lihat dari segi bentuk fisiknya maupun yang ada di sebaliknya, tidak berlebihan
kalau manusia menyatakan dirinya sebagai makhluk termulia. Di antara
makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan.
Beberapa
keistimewaan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk yang lain, adalah :
a.
Manusia mampu mengatur perkembangan hidup makhluk lain
dan menghindarkannya dari kepunahan.
b.
Manusia mampu mengubah apa yang ada di alam ini
c.
Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang karenanya
kehidupan mereka makin berkembang dan makin sempurna
d.
Semua unsur alam termasuk makhluk-makhluk lain dapat
dikuasai manusia dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.
4.
Budaya
sebagai sarana kemajuan dan sebagai ancaman
Filsuf Hegel
dalam abad ke-19 membahas budaya sebagai keterasingan manusia dengan dirinya
sendiri. Dalam berbudaya, manusia tidak menerima begitu saja apa yang
disediakan oleh alam, tetapi mengubahnya dan mengembangkannya lebih lanjut.
Dengan akal
dan dayanya, manusia berusaha untuk merubah sesuatu yang bersifat bahan mentah,
yang disediakan oleh alam menjadi bahan jadi yang bisa dimanfaatkan untuk
kelangsungan hidup mereka. Dengan selalu berfikir dan mencoba, menjadikan
manusia menjadi maju. Lain halnya dengan mereka yang tidak berminat untuk
selalu berfikir dan mencoba. Pasti, akan terlihat sekali perbedaan antara
keduanya.
Selain
sebagai kemajuan budaya juga bisa menjadi ancaman. Budaya merupakan bahaya bagi
manusia sendiri, yang dimaksud umpama tekhnik, peradaban, pabrik berasap, udara
yang penuh debu, kota yang kotor, hutan yang masih kotor, kediktatoran akal dan
budaya yang tamat. Baginya budaya itu menguasai, menyalahgunakan, menjajah dan
mematikan.
Begitulah
keadaannya jika manusia mengembangkan kebudayaannya tanpa memperhatikan etika.
Akan terlihat sekali perbedaan antara pengembangan kebudayaan yang
memperhatikan etika dan yang tidak.
D. Metode Pendidikan Humaniora
Tugas
pendidikan masa kini, pertama-tama bukannya mengajarkan “apa yang paling baik
diketahui dan dipikirkan pada masa lampau”, akan tetapi yang lebih penting
adalah menyajikan informasi dan orientasi terhadap masa kini, dan khususnya
orientasi terhadap masa depan di mana nantinya para siswa akan hidup di
dalamnya. Dengan pendidikan seperti itu, mereka akan memiliki kepekaan dan
kemampuan-kemampuan untuk mengambil bagian secara kreatif di berbagai kehidupan
masa mendatang.
Mengingat
masa lampau tidak akan memberikan kesegaran pada masa kini dan yang akan
datang. Sesuai dengan maqolah dalam buku “Laa Tahzan” bahwasanya hari
ini adalah milik anda. Yang perlu kita fikirkan adalah hari ini, marilah kita
hadapkan diri kita pada kejadian sekarang. Boleh juga kita menoleh masa lampau,
sekedar untuk pelajaran. Kita bisa mengoreksi diri kita dengan melihat
kesalahan-kesalahan pada masa lampau. Namun hanya sebatas itu, jangan kita
terlalu larut dalam kejadian masa lampau.
Pendidikan
humaniora adalah pembinaan kualitas kepribadian anak didik, yaitu untuk
mencapai tujuan pengembangan “pribadi seutuhnya”, maka perlu untuk disajikan
program-program kegiatan belajar-mengajar yang sifatnya non-verbal, sehingga
memungkinkan anak didik untuk mengembangkan kesadaran kepekaannya, serta
kemampuan-kemampuan lainnya untuk menikmati kehidupan aktual dan bukan lagi
terkungkung hanya di dalam lingkungan dunia intelek yang serba abstrak.
Hal tersebut
sangat penting, seseorang yang hanya intelek, tidak akan seimbang jika tidak
disertai dengan kecakapan. Orang yang tidak cakap tidak akan mampu menunjukkan
dan mengembangkan keintelekannya. Begitu pula orang yang cakap tapi tidak intelek.
Dia mampu menunjukkan dan mengembangkan sesuatu. Akan tetapi, dia tidak punya
sesuatu atau materi atau bahan untuk ditunjukkan dan dikembangkan.
Selain
hal-hal di atas, pendidikan humaniora juga mementingkan masalah spiritual.
Manusia tak cukup hanya kaya, tampan, cantik dan berkecukupan. Orang yang
tersebut tidak akan tenang hatinya tanpa adanya ketenteraman hati. Hal ini
dapat dicapai dengan selalu mendekatkan diri pada sang khaliq dan mensyukuri
nikmat-Nya.
KESIMPULAN
1.
Pendidikan humaniora adalah pendidikan yang
berorientasi untuk mendidik manusia menjadi manusia seutuhnya.
2.
Prinsip pendidikan humaniora bertujuan membuat manusia
lebih manusiawi atau untuk keselamatan dan kesempurnaan manusia.
3.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya kebudayaan inilah
yang melatarbelakangi pendidikan humaniora.
4.
Bahwasanya manusia diberkahi adanya akal dan budi daya
yang menyebabkan cara dan pola hidup yang berbeda diantara keduanya. Dan dengan
adanya akal dan budidaya manusia adalah sebagai pengemban nilai-nilai moral
baik yang bersifat material maupun spiritual.
5.
Dalam metode pendidikan humaniora, anak didik dikenalkan
pada pengembangan material dan spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar